Jumat, 20 September 2013

Bahaya Terapi Rendam Kaki

Tahukah Anda melakukan Terapi Rendam Kaki ternyata sangat berbahaya.


Bahaya Terapi Rendam Kaki. Terapi Rendam Kaki memang sangat marak sebagian besar kota-kota kecil di Indonesia. Kelebihan dan kehebatan alat detox ini yang katanya dapat mengeluarkan racun dengan berbagi warna menyebabkan klinik-klinik detox ramai dikunjungi masyarakat. Sungguh terlihat ampuh memang alat ini karena pada saat kita rendam kaki kita air yang tadinya berwarna putih bening setelah setengah jam kemudian air tersebut berubah menjadi warna kuning, hijau, hitam, dan lain-lain, menjadikan pasien bertambah yakin penyakitnya ikut keluar bersama cairan warna-warni tadi. Dan juga ditambah lagi dengan penjelasan bahwa cairan yang berwarna hijau menunjukan  pasien menderita penyakit empedu, warna kuning penyakit hati, warna hitam menunjukkan tubuh pasien banyak mengandung logam. SETELAH DI TELITI OLEH PARA AHLI SEMUA ITU BOHONG

Berikut ini Hasil Penelitian Berbagai Labor Ilmiah Dunia (Universitas Indonesia, Universitas Erlangga, dll)

Ray Girvan pada tulisan nya  "Dodgy Detox" menyimpulkan bahwa semua ini hanyalah sebuah reaksasi elektrolisi, suatu topikyang umum pada pratikum anak-anak SD/SMP , warna merah kekunig-kuningan tersebut adalah besi yang telah teroksidasi yang berasal dari elektroda alat tersebut. Bukanlah suatu kebetulan jika elektroda alat ini dapat diganti dari waktu ke waktu.

Ben Goldcare dari The Guardian melakukan sebuah penelitian kecil untuk menganalisis kandungan zat air sebelum proses detox dan setelahnya, kandungan besi setelah di "terapi" melonjak sangat tinggi jika dilakukan sebelumnya. Selain itu, tidak ditemukan urea dan kreatinin pada sampel yang dianalisis, menandakan tidak ada racun yang keluar dari tubuh.

Alat ini pun masuk dalam DeviceWatch.org sebuah situs yang khusus membahas alat-alat medis yang dipertanyakan kebenarannya. Dalam situs ini Stephen Barrett, M.D. menyimpulkan bahwa alat-alat ini  secara medis tidak berguna.

Talkabouthealthnetwork.com bahkan mengatakan bahwa terapi detox kaki juga memiliki resiko karena reaksi ini melepaskan gas Klorin yang beracun dan Hidrogen yang mudah terbakar. Berhati-hatilah jika menggunakan alat ini. Jangan gunakan alat detoks kaki pada ruangan tertutup karena gas berbahaya akan terkonsentrasi. Atau lebih baik lagi, jangan gunakan alat ini.
Mungkin karena Undang-undang perlindungan konsumen yang cukup baik di negara-negara maju, Ray Girvan dalam tulisannya "Bad Science and rusty footbath revisionism" mengatakan bahwa beberapa produsen 'alat-alat' tersebut merevisi klaim bahwa 'racun' berwarna merah kekuning-kuningan tersebut berasal dari dalam tubuh peserta terapi. Kini mereka mengatakan bahwa warna tersebut berasal dari elektroda pada alat tersebut. Walaupun demikian tentunya manfaat dari alat ini masih belum dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Bagaimana di Indonesia?

Saya lihat Indonesia belum memasuki 'tahapan' tersebut, mungkin karena perlindungan konsumen yang sangat lemah. Produsen alat-alat tersebut masih bebas mengklaim hal-hal yang jelas-jelas tidak benar.
Klinik terapi detoks atau sedot racun tubuh kini semakin menjamur di berbagai kota besar di Indonesia ( khususnya KOTA SINGKAWANG tercinta )
Tapi berdasarkan penelitian alat itu hanya elektrolisa air dan warna, yang keluar bukan racun. Sangat penting untuk memahami bahwa air akan berubah warna meskipun jika alat dioperasikan tanpa kaki berada di dalam air.
Dasar perubahan warna adalah  hasil reaksi dari seluruh variable/perubah dalam air dan elektroda. Perubahan warna akan berbeda dalam kaitannya dengan partikel dan komponen kimia air.
Kation dalam tubuh kita akan tampak sama karena racun mendominasi di daerah tertentu. Tambahkan sedikit garam dalam air dan rendam kaki ke dalamnya. Kombinasi air, metal dan garam akan memproduksi perubahan warna ringan, sebagaimana objek di  dalam air bahkan tanpa mencelupkan kaki ke dalamnya.
Air tidak membantu terjadinya substansi, bahkan jika sebaliknya dilakukan dengan memasukkan kaki ke dalam air, hal ini akibat perbedaan kualitas air dan garam. Alat akan menetralisir kation di dalam air sebagaimana juga proses penetralan kation dalam tubuh.. Flek hitam dapat diakibatkan oleh logam berat di air rendaman sebagaimana penurunan logam pada elektroda.
Pengalaman dan pengamatan yang didiskusikan diatas akan membantu Anda menentukan apa yang berasal dari perawatan seseorang dan apa yang berasal dari elektroda. Semakin aktif pergerakan dalam substansi mineral, maka semakin aktif proses ionisasi. 
Warna disebabkan oleh reaksi kimia air, garam dan elektroda. Seluruhnya adalah efek partikel kation dan anion (hanya sebagai referensi).
Berdasarkan EAV (Electrical Acupuncture by Voll) dan uji otot, mereka tampil dengan sebuah tabel untuk menjelaskan berbagai toksin yang muncul dari bagian-bagian berbeda pada warna berbasis tubuh pada warna. Ini hanya sebuah skema umum, karena perubahan warna mungkin bervariasi dari satu tempat ke tempat lain tergantung pada air yang digunakan.
Garam yang digunakan untuk konduktivitas air bisa menyebabkan warna berubah sekalipun tanpa merendam kaki dalam air, setelah ionisasi selama 30 menit. 
Nama resik adalah kepanjangan dari rendem sikil alias rendam kaki. Meski sederhana ternyata denyut setrum atau aliran listriknya lebih terasa dibanding mesin detoks merek paten.
Ketika alat ini dihidupkan layaknya proses detoksifikasi cuma tanpa mencelupkan kaki, setengah jam kemudian ember berisi air berubah warna-warni persis seperti yang dijumpai di klinik detoks.
Suhariningsih telah lama melakukan penelitian terhadap alat detoksifikasi yang juga beredar luas di Jatim. Menurut Guru Besar Fakultas MIPA Unair ini, warna merah, hijau atau kuning yang keluar dari air sama sekali bukan racun atau kotoran tubuh yang tersedot mesin detoks.
Suhariningsih berkesimpulan, alat itu hanya alat elektrolisa air yang berfungsi mengurai ion-ion logam yang ada dalam elektroda yang terendam air garam hangat.
Mesin ini tak lain hanya power supply yang dilengkapi regulator untuk mengubah dan menurunkan arus listrik. Suharningsih juga mengingatkan adanya gas klorin yang dihasilkan dari proses elektrolisa air ini.
"Gas klorin sangat berbahaya jika terhirup manusia," kata Suhariningsih. Ion adalah atom yang membawa muatan listrik. Ada dua jenis Ion, ion yang membawa muatan positif disebut Kation, dan yang membawa muatan negatif disebut Anion. Ukuran ion adalah sekitar 1 mikron, atau sama dengan 1/1000 milimeter.
Misalnya Hidrogen (H) atom inti memiliki 1 proton bermuatan positif dan dikelilingi oleh 1 elektron negatif. Proton harus bermuatan positif untuk menarik elektron dari atom hidrogen, dengan kata lain pada tahap ini terjadi ionisasi hidrogen (H+). Sementara, terdapat
8 proton positif dalam oksigen atom inti dan dikelilingi oleh 6 elektron. Karena kekurangan 2 elektron, hal ini menyebabkan penarikan dari elektron lain. Dengan kata lain, atom oksigen dapat dengan mudah menangkap elektron dari tempat lain.
Proses ini disebut oksidasi (O) + hydrogen (H) + elektron (-) = OH. Pada kenyataannya, ion hidroksigen tidak dapat bertahan dalam rangkaian tunggal monomer, melainkan harus bertahan dalam bentuk anion dalam air (H2O + OH = H2O2) dimana terdapat kelebihan elektron untuk anion, yang cenderung memberikan kelebihan itu kepada elektron lain (proses ini disebut “restorasi”). Pertama : Kolam elektrolisis akan membangkitkan anion (reaksi positif) 2 H2O – O2 + 4 H+ + 4e – 1.
Kedua : Kulit menyerap anion (reaksi negative) 4 H2O + 4e- - 4 H2 + 4 OH-2. Ion yang disebutkan diatas tetap berinteraksi dan bersirkulasi, dan setelahnya akan dikeluarkan oleh  tubuh.
Sumber : - Erictapan.com
                - Opensubcriber.com
Terima kasih saat ini Anda sedang membaca artikel kesehatan " Bahaya Terapi Rendam Kaki " yang dipersenbahkan oleh http://koyobamboogrosir.blogspot.com - Bamboo Foot patch Termurah Di Indonesia

Tidak ada komentar: